Jakarta,
Ibu Kota kita tercinta ini bukanlah Jakarta namanya kalau tidak macet. Hampir
disetiap jalan besar kota Jakarta tidak luput dari kemacetan. Kita sebagai
penduduk Jakarta tentu resah dengan kemacetan yang tiada selesai. Pemerintah
yang berjanji ingin menuntaskan kemacetan di Jakarta, belum tercapai
sepenuhnya, mungkin memang tidak akan pernah tercapai.
(Gambar Pemandangan Ibu Kota Jakarta ditengah kemacetan)
Sadar
tidak sadar, banyak sekali masalah di jalanan, mulai dari masalah serius sampai
masalah yang keci yang dapat menyebabkan kemacetan. Apa saja penyebab tersebut?
Saya sebagai seseorang yang beraktivitas di Jakarta ingin mengulas hal
tersebut. Semua permasalahan yang saya sampaikan ini merupakan hasil pengamatan
saya secara langsung selama saya beraktivitas sehari-hari di Ibu Kota.
Penyebab-penyebab
macetnya Jakarta antara lain :
1. Luas beberapa jalanan di Jakarta
tidak sebanding dengan jumlah kendaraan yang lewat. Beberapa jalanan di
Jakarta, bahkan jalanan besar, banyak sekali yang sudah sempit sehingga
menimbulkan kemacetan. Memang dari segi kepadatan kendaraan juga mempengaruhi,
tapi tentunya jalanan-jalanan tersebut harus di sesuaikan dengan volume
kendaraan.
2. Kurang tertatanya arus pertemuan
kendaraan. Di beberapa titik di Jakarta, dimana terjadi pertemuan kendaraan
yang menyebabkan kendaraan lain harus menurunkan kecepatan. Entah mobil yang
ingin masuk tol, mobil yang keluar dari tol, pintu keluar suatu SPBU, pintu
keluar mall yang saling berdekatan sehingga menyulitkan para pengendara lain
yang sedang melaju.
3. Beberapa kedaraan umum yang tidak tahu aturan. Masalah yang satu ini sudah sering dibereskan oleh para petugas ketertiban, namun selalu terulang kembali. Sikap para supir angkutan umum yang sembarangan dan seenaknya terkadang membuat kita para pengendara lain kesal. Mengangkut dan menurunkan penumpang sembarangan, padahal sudah jelas adanya rambu yang menunjukan dilarang berhenti. Berkendara secara ugal-ugalan demi mengejar penumpang dan berhenti di tempat yang salah untuk menunggu penumpang.
4. Jalanan di Jakarta masih banyak yang rusak dan berlubang. Dengan malu saya sampaikan bahwa, jalanan di Ibu Kota Indonesia, Jakarta masih ada yang berlubang. Bisa dimaklumi jika jalanan antar Kabupaten di Indonesia masih banyak yang berlubang atau rusak, tapi ini Ibu Kota. Terlebih lagi, masalah ini bukan hal yang baru terjadi, melainkan sudah lama terjadi dan hanya masuk telinga kanan dan keluar dari telinga kiri pemerintah. Jalanan di Tomang, Jakarta Barat contohnya. Jalan Tomang dari arah taman anggrek, sebelum menaiki jembatan layang, tepatnya sekitar palang American Grill, terdapat sekitar 3 lubang yang menyebabkan jalanan begitu macet.
5. Banyak tempat putar arah pada suatu jalan. Tidak masalah jika hanya dua sampai tiga tempat putar arah kendaraan, hal tersebut wajar, tetapi tidak wajar jika sampai lebih. Tempat putar arah membuat kecepatan kendaraan lain berkurang karena harus berhati-hati agar tidak menabrak kendaraan yang sedang mengantre putar arah. Jika terdapat banyak tempat putar arah, belum juga lama kendaraan tersebut mengurangi kecepatan, kendaraan sudah mengurangi kecepatannya lain sehingga menimbulkan kemacetan.
6. Motor yang melawan arus jalanan. Di kota besar seperti Jakarta, tidak jarang kita melihat motor bahkan mobil yang melawan arus jalanan. Alasannya tidak jauh dari kemalasan mereka untuk memutari jalanan tersebut. Dari pada harus memutar dan membuang-buang bensin, lebih baik mengambil jalan pintas melawan arus jalanan, begitu pikir mereka. Hal tersebut selain membahayakan keselamatan para pengendara, juga dapat menyebabkan kemacetan akibat kendaraan yang sedang melaju dijalurnya harus berhati-hati dengan mengurangi kecepatan bahkan berhenti agar tidak menabrak sepeda motor yang sedang melawan arus jalanan.
7. Banyak kendaraan yang menyelak. Karena ketidaksabaran para pengemudi dalam berkendaraan, sering sekali pengemudi lain dibuat kesal akibat diselak. Kejadian ini sering terjadi dibarisan antrean masuk dan keluar gerbang tol, mobil-mobil yang telah berbaris dengan rapi dan tertib harus menunggu lebih lama akibat mobil lain yang menyelak. Jika banyak mobil yang menyelak, barisan mobil menjadi bercabang dan terjadilah kemacetan yang parah hanya untuk keluar atau masuk tol saja.
3. Beberapa kedaraan umum yang tidak tahu aturan. Masalah yang satu ini sudah sering dibereskan oleh para petugas ketertiban, namun selalu terulang kembali. Sikap para supir angkutan umum yang sembarangan dan seenaknya terkadang membuat kita para pengendara lain kesal. Mengangkut dan menurunkan penumpang sembarangan, padahal sudah jelas adanya rambu yang menunjukan dilarang berhenti. Berkendara secara ugal-ugalan demi mengejar penumpang dan berhenti di tempat yang salah untuk menunggu penumpang.
4. Jalanan di Jakarta masih banyak yang rusak dan berlubang. Dengan malu saya sampaikan bahwa, jalanan di Ibu Kota Indonesia, Jakarta masih ada yang berlubang. Bisa dimaklumi jika jalanan antar Kabupaten di Indonesia masih banyak yang berlubang atau rusak, tapi ini Ibu Kota. Terlebih lagi, masalah ini bukan hal yang baru terjadi, melainkan sudah lama terjadi dan hanya masuk telinga kanan dan keluar dari telinga kiri pemerintah. Jalanan di Tomang, Jakarta Barat contohnya. Jalan Tomang dari arah taman anggrek, sebelum menaiki jembatan layang, tepatnya sekitar palang American Grill, terdapat sekitar 3 lubang yang menyebabkan jalanan begitu macet.
5. Banyak tempat putar arah pada suatu jalan. Tidak masalah jika hanya dua sampai tiga tempat putar arah kendaraan, hal tersebut wajar, tetapi tidak wajar jika sampai lebih. Tempat putar arah membuat kecepatan kendaraan lain berkurang karena harus berhati-hati agar tidak menabrak kendaraan yang sedang mengantre putar arah. Jika terdapat banyak tempat putar arah, belum juga lama kendaraan tersebut mengurangi kecepatan, kendaraan sudah mengurangi kecepatannya lain sehingga menimbulkan kemacetan.
6. Motor yang melawan arus jalanan. Di kota besar seperti Jakarta, tidak jarang kita melihat motor bahkan mobil yang melawan arus jalanan. Alasannya tidak jauh dari kemalasan mereka untuk memutari jalanan tersebut. Dari pada harus memutar dan membuang-buang bensin, lebih baik mengambil jalan pintas melawan arus jalanan, begitu pikir mereka. Hal tersebut selain membahayakan keselamatan para pengendara, juga dapat menyebabkan kemacetan akibat kendaraan yang sedang melaju dijalurnya harus berhati-hati dengan mengurangi kecepatan bahkan berhenti agar tidak menabrak sepeda motor yang sedang melawan arus jalanan.
7. Banyak kendaraan yang menyelak. Karena ketidaksabaran para pengemudi dalam berkendaraan, sering sekali pengemudi lain dibuat kesal akibat diselak. Kejadian ini sering terjadi dibarisan antrean masuk dan keluar gerbang tol, mobil-mobil yang telah berbaris dengan rapi dan tertib harus menunggu lebih lama akibat mobil lain yang menyelak. Jika banyak mobil yang menyelak, barisan mobil menjadi bercabang dan terjadilah kemacetan yang parah hanya untuk keluar atau masuk tol saja.
Hal-hal
yang telah saya sampaikan tersebut harusnya dapat menjadi bahan permenungan
kita, terutama para pengemudi untuk lebih dewasa dalam mengemudikan kendaraan.
Jangan egois karena tidak kita sendiri saja yang ingin cepat sampai tujuan,
orang lain pun begitu. Semoga kemacetan Jakarta setiap harinya semakin berkurang
dan akhirnya dapat terselesaikan.
Posting Komentar