Tragedi Diskriminasi Tolikara, Papua

TUGAS
ILMU SOSIAL DASAR
TRAGEDI DISKRIMINASI TOLIKARA, PAPUA

NAMA      : LUDHAN WIJAYA
NPM         : 13315872
KELAS       : 1TA07
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015
KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Baik, karena atas berkat dan kuasa-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Emilianshah Banowo yang telah memberikan dan menerangkan tugas ini kepada saya. Dalam penyusunan makalah ini, saya mendapat beberapa pembelajaran dan informasi dalam kehidupan bersosial yang penuh dengan permasalahan.
            Dengan selesainya makalah ini, saya berharap pembaca medapat pembelajaran, infomasi serta pengetahuan yang baru mengenai diskriminasi yang ada di Indonesia. Saya juga berharap agar makalah ini dapat membuka mata kita sebagai masyarakat yang harus menjaga persatuan dan perdamaian. Semoga makalah yang jauh dari sempurna ini dapat membantu kita menjadi pribadi yang jauh dari tindak diskriminasi.


Pondok Aren, November 2015

Penulis



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................................3
I.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................................................4
I.3 TUJUAN............................................................................................................................................4
BAB II PENJELASAN
II.1 KRONOLOGI TRAGEDI TOLIKARA..........................................................................................5
II.2 PENYEBAB TRAGEDI TOLIKARA.............................................................................................6
III.3 SIKAP PEMERINTAH MENYIKAPI KASUS TOLIKARA........................................................8
III.4 SIKAP MASYARAKAT AGAR TIDAK TERJADI DISKRIMINASI.........................................9
BAB III PENUTUP
III.1 KESIMPULAN.............................................................................................................................11
III.2 SARAN.........................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................12



BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
          Diskriminasi adalah tindakan atau perlakuan yang tidak adil terhadap satu orang atau satu kelompok jika dibandingkan dengan perlakuan kepada orang atau kelompok lain. Diskriminasi dapat bersifat langsung ataupun tidak langsung dan didasarkan oleh faktor-faktor seperti pelecehan, premanisme, perselisihan serta konflik sosial lain. Di Indonesia terdapat beberapa kasus mengenai diskriminasi yang bisa dikatakan cukup menghebohkan. Kasus atau tragedi diskriminasi tersebut tidak lepas dari persoalan antar suku, agama dan kelompok tertentu. Tragedi diskriminasi yang belum lama terjadi dan menghebohkan Indonesia ialah tragedi di Tolikara, Papua.
            Pada Jumat, 17 Juli 2015, bertepatan dengan hari raya Idul Fitri, terjadi keributan di kabupaten Tolikara, Papua. Keributan ini terjadi karena pemuda Sinode Gereja Injili di Indonesia (GIDI) yang datang untuk membubarkan umat Islam yang tengah melakukan shalat ied. Kejadian tersebut juga bertepatan sedang terselenggaranya seminar dan KKR pemuda GIDI. Keributan tersebut mengakibatkan kebakaran puluhan kios dan beberapa orang yang luka-luka. Banyak sekali berita-berita pemicu terjadikan kerusuhan tersebut yang belum diketahui kebenarannya. Dugaan-dugaan tersebut sebaiknya segera disikapi oleh pemerintah agar tidak terjadi kesalahpahaman hingga terjadi kejadian serupa akibatnya. Pemerintah juga harus mengambil tindakan yang efektif dalam menyikapi kasus atau tragedi ini.
I.2 RUMUSAN MASALAH
·         Bagaimana kronologi tragedi Tolikara?
·         Apa penyebab tragedi Tolikara?
·         Bagaimana sikap pemerintah dalam mengahadapi tragedi Tolikara?
·         Melihat tragedi Tolikara, bagaimana sikap masyarakat agar tidak terjadi perbuatan diskriminasi?
I.3 TUJUAN
·         Mengetahui kronologi tragedi Tolikara.
·         Mengetahui penyebab tragedi Tolikara.
·         Mengetahui sikap pemerintah dalam menghadapi tragedi Tolikara.
·         Mengetahui sikap masyarakat agar tidak terjadi perbuatan diskriminasi dengan melihat kasus atau tragedi Tolikara.



BAB II
PENJELASAN
II.1 KRONOLOGI TRAGEDI TOLIKARA
            Pada tanggal 11 Juli 2015, surat selebaran beratasnamakan Jemaat GIDI telah disebarkan di Tolikara. Surat selebaran tersebut berisi “GIDI Wilaha Toli, selalu melarang agama lain dan gereja Denominasi lain tidak boleh mendirikan tempat-tempat ibadah lan di Kabupaten Tolikara”. Surat yang ditanda tangani oleh Pendeta Mathen Jingga S.Th Ma dan Pendeta Nayus Wenda S.Th itu melarang berlangsungnya kegiatan ibadah shalat Ied umat musli di Kabupaten Tolikara.

(Gambar surat selebaran Jemaat GIDI)
                Pada tanggal 17 Juli 2015 pukul 07.00 WIT saat Jamaah Muslim akan memulai shalat Ied di lapangan Makoramil 1702-11/Karubaga, Pendeta Marthen Jingga dan sdr. Harianto Wanimbo (koordinasi lapangan) berorasi. Menggunakan megaphone, mereka menghimbau kepada jamaah shalat Ied untuk tidak melaksanakan ibadah shalat Ied di Tolikara. Lima menit kemudian, massa yang di koordinir oleh Pendeta Marthen Jingga dan Harianto Wanimbo (koordinasi lapangan) berdatangan dan melempari jamaah yang shalat dengan batu dari luar lapangan. Massa juga melakukan pelemparan batu dan perusakan kios-kios yang berada dekat dengan Masjid Baitul Muttaqin. Aparat keamanan yang datang berusaha membubarkan massa dengan tembakan namun massa semakin bertambah dan melakukan pelemparan batu kepada aparat keamanan.
            Kurang lebih pukul 08.00 WIT, massa yang merasa terancam akibat tembakan peringatan aparat keamanan melakukan pembakaran kios milik Bapak Sarno bertujuan agar api berembet membakar Masjid Baitul Muttaqin. Hanya 30 menit, api sudah membakar kios-kios lain dan menjalar menuju masjid. Api cepat membakar karena ada kios yang menjual bensin. Sekitar pukul 09.00 WIT, bangunan kios-kios dan masjid habis terbakar. Setelah itu massa dari Pendeta Marthen Jingga dan Harianto Wanimbo berkumpul di ujung bandara Karubaga dan tidak lama kemudian membubarkan diri.
            Aparat keamanan sempat menembak tiga dari 11 orang yang diduga pelaku penyerangan. Endi Wanimbo (15 tahun) yang turu melakukan aksi penyerangan meninggal dunia karena luka tembak. 10 orang lainnya dirawat di Rumah Sakit Wamena, Kabupaten Jayawijaya dan RSUD DOK 2, Jayapura. Terdapat 11 bangunan kios, 3 rumah dan Musala Baitul Muttaqin yang terbakar akibat kejadian tersebut.


(Gambar kios-kios yang terbakar oleh tindakan penyerangan massa)

(Gambar Penerus Winambo (usia 28 tahun) 11 dari tiga orang yang diduga pelaku sedang dirawat di RSUD DOK 2 Kota Jayapura)
II.2 Penyebab Tragedi Tolikara
            Wakil presiden Indonesia, Jusuf Kala mengatakan bahwa tragedi Tolikara disebabkan oleh pengeras suara atau speaker. JK menjelaskan didaerah tersebut ada dua acara yang berdekatan atar umat agama yang berbeda, yaitu Kristen dan Islam. "Ada acara Idul Fitri, ada pertemuan pemuka masyarakat gereja. Memang asal-muasal soal speaker itu," ujar JK dalam konferensi pers di Istana Wakil Presiden, Jakarta Pusat.
 Ia menuturkan, masyarakat seharusnya dapat mengetahui bahwa ada dua kepentingan yang terjadi bersamaan. "Satu Idul Fitri, satu karena speaker, saling bertabrakan. Mestinya kedua-duanya menahan diri. Masyarakat yang punya acara keagamaan lain harus memahami," kata JK. Menurut dia, kedua belah pihak membutuhkan komunikasi yang lebih baik jika mau menggelar acara-acara serupa. Ia pun berharap kepolisian dan kepala daerah setempat bisa menyelesaikan masalah tersebut sesuai jalur hukum.
Surat edaran dari Sinode Gereja Injili di Indonesia yang disebar pada 11 Juli 2015 disebut-sebut menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik tersebut. Pemerintah melalui Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (BIMAS) Kristen Kementrian Agama, Oditha Ronny Hutabarat menyatakan baru mengetahui ada surat edaran tersebut setelah terjadi kerusuhan di Tolikara. "Kami justru baru tahu ada surat tersebut. Kalau tahu, tentu tidak akan dibiarkan," kata Oditha saat konferensi pers di gedung Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Jakarta Pusat, Sabtu (18/7).
Ronny mengaku prihatin karena surat edaran tersebut dibiarkan beredar begitu saja. "Seharusnya, cabutlah surat itu. Bagaimanapun surat itu dapat memancing konflik bila sampai di tangan yang tidak benar," katanya. Ronny mengatakan bahwa konflik di Tolikara tersebut bukan konflik agama. "Terdapat isu ketidakadilan di Papua dalam konteks masalah ini. Warga lokal bilang, kalau tidak ada suara tembakan, mungkin tidak akan ada kerusuhan seperti ini," katanya. Dalam melihat masalah ini, ia berpendapat perlu dipakai "kaca mata" Papua, di mana ada kekhasan yang harus diperhatikan dari wilayah yang rawan konflik tersebut. "Pasti ada hal lain di balik kejadian ini. Maka kami serahkan ke penegak hukum untuk menyelidiki masalah ini," katanya.


(Gambar Oditha Ronny Hutabarat saat memberi keterangan pers di Jakarta)
II.3 SIKAP PEMERINTAH MENYIKAPI KASUS TOLIKARA
            Menyikapi kasus Tolikara tersebut, pemerintah mengaku menyesal atas kejadian diskriminasi tersebut dan berharap kejadian serupa tidak terjadi lagi. Pemerintah pusat dan daerah melakukan perbaikan mushala dan bangunan kios yang terbakar serta melakukan perawatan terhadap korban insiden tersebut. Semua pihak seperti pemda, tokoh agama, tokoh adat dan aparat keamanan telah sepakat membangun kebersamaan demi kedamaian di Karubaga Tolikara, Papua.
            Polri selaku aparat pemerintahan melakukan penegakan hukum terhadap pelaku dan aktor intelektual dibalik insiden Tolikara. Selain itu, Polri melakukan penyidikan terhadap tindakan aparat keamanan yang menangani kejadian tersebut ditempat perkara, apakah sudah sesuai dengan prosedur atau belum. Kementrian agama berkerja sama dengan banyak ormas agama, tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk terus menjaga dan memelihara kerukunan hidup antar umat beragama.
            Kapolri juga sempat mengadakan pertemuan dengan bupati, tokoh adat, tokoh agama dan aparat keamanan di Tolikara serta melihat situasi dan kondisi terakhir di Karubaga usai tragedi tersebut terjadi. Usai pertemuan Kapolri, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Meko Polhukam), Tedjo Edhy Purdijatno berangkat ke Papua untuk mengadakan pertemuan dengan Gubernur Papua beseta forum koordinasi pemerintah daerah Papua. Pertemuan itu untuk mengembalikan kondisi dan perdamaian di tanah Papua. Pangdam Cendrawasih dan Kapolda Papua juga mengadakan pertemuan dengan bupati, panitia seminar internasional GIDI, tokoh adat, tokoh agama dan aparat keamanan. Pertemuan itu medapatkan kesepakatan bahwa kedua kelompok dapat menahan diri untuk membuat kondisi Tolikara tenah dan kondusif. Kemudian, Kepala BIN Daerah (KABINDA) Papua mengadakan pertemuan dengan Forum Komunitas Umat Beragama (FKUB) Provinsi Papua di kota Jayapura dengan maksud agar warga tidak terpancing dengan kejadian di Tolikara tersebut.
II.4 SIKAP MASYARAKAT AGAR TIDAK TERJADI DISKRIMINASI
            Belajar serta menyikapi tragedi diskriminasi di Tolikara, Papua, kita sebagai masyarakat harus memiliki sikap dewasa agar kejadian seperti itu tidak terjadi kembali. Sikap-sikap tersebut antara lain ialah:
·         Saling menghormati antar sesama. Walaupun terdapat perbedaan, seperti perbedaan suku, agama dan pendapat, kita wajib saling menghormati satu sama lain.
·         Bermusyawarah dan tidak melakukan tindakan anarkis. Bicarakan masalah dengan kepala dingin, carilah kesepakatan dan tentukanlah jalan keluar dari masalah dengan damai, jangan terpancing emosi yang dapat menyebabkan keributan.\
·         Jangan semena-mena membuat peraturan yang menguntungkan diri sendiri atau kelompok sendiri. Keributan dapat terjadi jika suatu kelompok membuat peraturan secara seenaknya, apalagi membuat kelompok lain terganggu bahkan tersinggung akibat keegoisan kelompok tersebut.
·         Memiliki toleransi antar sesama. Masyarakat perlu memiliki sikap toleransi, karena dengan begitu, masyarakat memiliki rasa hormat antara yang satu dengan yang lain. Bertoleransilah akan suatu, seperti suatu acara keagamaan, acara adat dilingkungan sekitar. Belum tentu acara-acara tersebut akan berlangsung lama dan mengganggu secara terus menerus, bisa saja itu merupakan acara rutinitas wajib suatu suku atau agama yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu.
·         Menunjung nilai persaudaraan dan kekeluargaan antar sesama. Dengan menganggap kita semua adalah saudara dan keluarga, rasa tidak senang, iri hati, dan benci yang menjadi penyebab dasar tindakan diskriminasi tidak akan ada.



BAB III
PENUTUP
III. 1 KESIMPULAN
          Tragedi diskriminasi Tolikara, Papua dapat menjadi bahan refleksi kita untuk tidak melakukan tindakan diskriminasi. Selain menimbulkan kerugian, diskriminasi juga membuat kedaiaman dan rasa kekeluargaan antar sesama dalam masyarakat menjadi luntur. Kita sebagai masyarakat harus dewasa dalam menyikapi perbedaan yang ada.
III.2 Saran
·       Bagi pembaca dan anggota masyarakat. Jadilah pribadi yang dewasa dalam menyikapi perbedaan, tindakan anarkis yang melahirkan diskriminasi bukanlah jawaban untuk mengatasi masalah yang ada.
·         Bagi pemerintah. Tanamkanlah jiwa cinta perdamaian dan jauh dari diskriminasi antar sesama. Miliki koordinasi yang baik antara pemerintahan pusat, pemerintahan daerah dan aparat keamanan untuk menjaga keharmonisan dalam masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

The Battle of Los Angeles, Misteri UFO Paling Nyata di Dunia


Kisah ini merupaka kisah paling nyata atau real dan paling misterius tentang penampakan UFO (Unidentified Flying Object) di dunia hingga saat ini. Pada tanggal 24 – 25 Februari 1942 di Los Angeles, Amerika terjadi pertempuran antara militer Amerika dengan objek terbang yang berasal entah dari mana. Dalam seketika, malam hari yang tenang itu berubah menjadi malam yang menegangkan. Kejadian ini tepat 5 tahun sebelum insiden Roswell dan perjumpaan pilot Kenneth Arnold dengan UFO serta teapt 10 tahun sebelum project blue book dimulai. Berikut adalah kronologi peristiwa “The Battle of Los Angeles”.
24 Februari 1942, pukul 19.18
            Militer Amerika mengeluar peringatan bahaya karena ada suatu keanehan di langit-langit Amerika. Terlihat kerlap-kerlip cahaya terang yang tidak diketahui terpantau oleh pangkalan milliter Amerika. Namun sekitar 3 jam kemudian pada pukul 22.23, peringatan bahaya tersebut dicabut.
25 Februari 1942, pukul 01.44
            Kembali terjadi keanehan di langit-langit Amerika. Objek yang tidak dikenal tertangkap oleh radar militer Amerika. Namun, sesaat kemudian, dengan selang waktu beberapa menit saja objek atau benda yang tidak dikenal itu menghilang dari pantauan radar.
Pukul 02.00
            Benda yang tidak dikenal tersebut kembali tertangkap oleh radar Amerika di 120 mil dari lepas pantai California. Dua radar lain juga menangkap pergerakan benda tak dikenal tersebut. Objek tak dikenal itu terus terpantau mendekati Los Angeles hinggal 3 mil.

Pukul 02.10
            Culver City, Los Angeles digemparkan oleh objek raksasa yang memenuhi langit dan juga beberapa objek berukuran lebih lainnya. Karena peristiwa ini terjadi saat belum genap tiga bulan Jepang menyerang Pearl Harbour, para penduduk mengira Culver City diserang oleh musuh.
Pukul 02.25
            Otoritas setempat meminta warga Culver City untuk tetap tinggal didalam rumah dan meminta pemadaman lampu seluruh kota. Dengan diiringi suara sirene yang mengaung-ngaung diseluruh penjuru kota, ribuan tentara diperintahkan untuk bersiaga.
Pukul 03.16
            Brigade 37 Artileri Amerika tiba di Culver City. Lampu sorot diarahkan ke langit untuk mencari objek yang tidak dikenal tersebut. Kemudian seluruh lampu sorot serempak menyorot satu objek raksasa. Tepat diatas para pasukan, pesawat raksasa yang berada pada ketinggian 12.000 kaki itu terbang menggantung tidak bergerak. Terlihat pula beberapa pesawat lain mengiri pesawat raksasa tersebut. Birgade 37 Artileri Amerika segera melepaskan tembakan. Sekitar 1.400 peluru dilepaskan, suara bising peluru memenuhi seluruh kota, namun pesawat tersebut tidak bergeming sedikitpun. Amerika lalu memerintahkan pilot pesawat tempur interceptor untuk bersiaga.
Pukul 04.14
             Brigade 37 Artiler Amerika masih menembakan peluru menuju pesawat raksasa tersebut. Namun anehnya, pesawat tersebut tidak terlihat goyang dan mengalami kerusakan sedikitpun. Beberapa saat kemudian, pesawat raksasa dan pengiringnya terbang perlahan meunuju Long Beach California dan menghilang.
Pukul 07.21
            Otoritas setempat segera menyalakan listrik kota kembali. Terlihat beberapa gedung di kota Culver City rusak akibat pertempuran singkat dini hari tadi. Pertempuran singkat tersebut juga mengakibatkan 3 warga sipil tewas karena puluru nyasar dan 3 lainnya tewas akibat serangan jantung karena ketakutan dan panik.
-Gambar pesawat tidak dikenal di langit Culver City Los Angeles, Amerika-
-Gambar lampu sorot yang digunakan Brigade 37 Artileri Amerika-
-Gambar tembakan peluru oleh Birgade 37 Artileri ke pesawat tidak dikenal-
          
           Peristiwa menegangkan tersebut menjadi topik bahasan seluruh berita di Amerika. Dari seluruh orang di Culver City yang menyaksikan insiden tersebut, beberapa diantaranya mengelaurkan kesaksian terutama para reporter yang menyaksikan secara teliti. Ada yang mengatakan bahwa peluru anti pesawat yang ditembakan oleh Brigade 37 Amerika tidak menggores sedikitpun pesawat tersebut. Ada juga yang mengatakan bahwa  terdapat 25 pesawat yang membentuk formasi “V” dilangit.
    

-video singkat mengenai The Battle of Los Angeles dan pengakuan beberapa saksi-

            Di pihak militer Amerika, keluarlah beberapa pendapat mengenai insiden tersebut. Frank Knox sebagai pemimpin angkatan laut mengatakan bahwa peristiwa tersebut adalah “alarm palsu” atau “ketegangan akibat perang”. Pendapat tersebut langsung dibantah oleh angkatan darat Amerika. Angkata darat mengatakan bahwa peristiwa tersebut benar-benar terjadi dan pesawat-pesawat tersebut benar-benar ada. Henry Stimson selaku menteri urusan perang Amerika mendukung pernyataan angkatan darat. Ia berkata bahwa paling sedikit ada 15 pesawat yang terbang dengan kecepatan diatas 200 mil per jam. Terjadilah ketidaksepakatan ditubuh militer Amerika untuk pertama kalinya.
 
-Gambar Surat Kabar LA Time yang memberitakan The Battle of Los Angeles-
           Beberapa waktu setelah terjadi insiden menegangkan tersebut, munculah beberapa teori mengenai asal-usul pesawat misterius tersebut. Ada yang mengatakan bahwa pesawat tersebut milik Jepang dikarenakan sehari sebelum kejadian tersebut (23 Februari 1942) kapal selam Jepang I-17 muncul di permukaan dan menembaki pangkalan minyak di Santa Barbara. Namu anehnya, setelah perang dunia berakhir, Jepang mengatakan tidak pernah mengirim pesawat untuk menyerang Los Angeles pada 24 Februari 1942. 
            Terdapat beberapa teori lain yang tidak memiliki bukti yang kuat. Ada mengatakan bahwa pesawat tersebut adalah pesawat komersial yang diterbangkan dari pangkalan udara rahasia di Meksiko. Tidak untuk menyerang secara langsung atau secara fisik, melainkan untuk menyerang Amerika secara psikologis. Ada pula yang mengatakan bahwa objek tersebut bukanlah pesawat, tetapi balon udara. Para saksi mata bahkan angkatan udara Amerika sendiri mengatakan bahwa objek tersebut ada pesawat terbang yang jumlahnya paling sedikit ada 15. Dari segi kecepatan objek tersebut yang mencapai 200 mil per  jam, tidak mungkin objek tersebut adalah balon udara. Apapun teori yang dikeluarkan, tidak dapat menjelaskan dengan sungguh identitas pesawat yang tidak dapat dilumpuhkan oleh 1.400 peluru itu.
            32 tahun setelah peristiwa tersebut, tepatnya pada tahun 1974, berdasarkan undang-undang kebebasan informasi, beberapa dokumen rahasia pemerintah Amerika dibuka untuk umum. Salah satu dokumen sangat rahasia yang dibuka bertanggal 5 Maret 1942, tepat sepuluh hari setelah insiden The Battle of Los Angeles berakhir. Dokumen itu adalah sebuah memo dari Jendral George C. Marshall yang merupakan petinggi militer Amerika yang ditujukan kepada Presiden Franklin D. Roosevelt. Isi memo tersebut ialah ditemukannya reruntuhan pesawat yang tidak biasa di sebelah timur Amerika oleh militer. Pernyataan tersebut dikuatkan oleh pernyataan Laksamana Walter S. Anderson selaku badan intelijen angkatan laut Amerika. Laksamana Walter mengatakan bahwa angkatan laut menemukan bangkai pesawat yang tidak dikenal di lepas pantai California. Namun memo tersebut tidak ditambahkan dengan keterangan lebih lanjut. Penemuan bangkai pesawat tersebut membuat Jendral Marshall membentuk tim intelijen yang bernama Interplanetary Phenomenon Unit (IPU). IPU dibubarkan pada akhir tahun 1950-an karena Amerika menyangkal keterkaitan IPU terhadap insiden Los Angeles. Jika benar apa yang dikatakan memo tersebut, berarti 5 tahun sebelum peristiwa Rosewell, Amerika telah mendapatkan bukti pertama mengenai UFO. Mungkin 1.400 peluru tersebut memang menjatuhkan dua pesawat pada kejadian tersebut.
-Gambar memo dari Jendral Marshall untuk Presiden Roosevelt-
            Hingga saat ini, peristiwa tersebut tidak dapat diungkap secara jelas. Hanya seputar teori dan dugaanlah yang dapat menjelaskan peristiwa tersebut. Mungkin, memang benar bahwa pesawat-pesawat tersebut bukan berasa dari bumi, melainkan dari planet lain. Munculah pertanyaan, benarkan makhluk luar angkasa atau “alien” itu ada? Jika benar mereka yang mengendarai pesawat pada 24 -25 Februrari di Culver City Los Angeles, Amerika, apa yang mereka cari di sana? Apakah mereka hanya ingin berkunjung ke bumi? Sudah sebarapa hebatkah peradaban makhluk luar angakasa tersebut sehingga dapat melakukan perjalanan antar planet? Kalau memang benar, mengapa mereka pergi ke Amerika, tidak bagian bumi yang lain? Apakah karena Amerika merupakan negara yang paling berpengaruh dan paling kuat? Tidak ada yang mengetahui semua jawaban itu hingga saat ini. Mungkin, misteri ini baru dapat terbongkar jika umat manusia di bumi telah berjumpa dan bercakap-cakap dengan makhluk yang sebut “Alien” tersebut.

Sumber :
  • Buku Enigma 2 karya Sam, halaman  13 sampai 18
  • http://www.enigmablogger.com/2009/07/pertempuran-militer-amerika-dengan-ufo.html
  • https://indocropcircles.wordpress.com/2014/09/05/battle-los-angeles-1942-penampakan-ufo-yang-misterius-hingga-kini/

Bertha Mesin Bor Terbesar



             Seperti yang kita ketahui, bor merupakan mesin atau alat yang bekerja secara memutar pada sumbu mata bor untuk membuat lubang. Banyak sekali jenis bor, dari bor kecil seperti bor tangan, bor besar untuk pembuatan pondasi seperti Bore Pile Mini Crane, dan bor super besar untuk pembuatan terowongan dan MRT (Mass Rapid Transit) yang dinamakan Bertha.
            Bertha merupakan Tunnel Boring Machine yang dibuat di Jepang dan dirakit di Amerika. Jepang memerlukan waktu selama 2 tahun dalam pembuatan Bertha. Bertha memiliki panjang 100 meter, lebar 18 meter dan berat mencapai 7000 ton. Kecepatan mesin ini dalam pengeboran terowongan ialah 12 meter dalam satu hari dan memerlukan 25 ribu tenaga kuda untuk memutar mata bor.

                           -Gambar Bertha TMB di Jepang untuk pengeboran di Seattle, Amerika-

             Dalam pembuatan suatu terowongan, jika terjadi kesalahan sedikit saja dapat berakibat buruk, apalagi dengan penggunaan Bertha yang begitu besar. Di Seattle, Amerika tahun 2013, terdapat pembangunan terowongan yang sebelumnya pernah runtuh menggunakan Bertha. Terowongan itu nantinya akan digunakan sebagai jalan raya bawah tanah di Seattle. Walaupun besar dan memiliki tenaga yang luar biasa, Bertha tetaplah buatan manusia yang pastinya memiliki kekurangan. Saat mencapai kedalaman 1000 feet atau 304,8 meter dalam pengeboran, Bertha terhenti seperti terhalang suatu benda yang sangat keras.  Setelah diselidiki, benda tersebut adalah sebuah batu raksasa yang diperkirakan berusia 17000 tahun. Akibatnya, pekerjaan tersebut tertunda sangat lama, para pekerja memerlukan waktu 2 tahun hingga akhir Maret 2015 hanya untuk mengeluarkan Bertha dari perut kota Seattle.
                                         
                                             -Gambar Bertha yang terhalang batu raksasa-


            Pembangunan MRT di Jakarta juga menggunakan Bertha untuk pengeborannya. Untuk menghindari terjadinya kendala dalam proses pengeboran seperti di Seattle, Amerika, PT MRT Jakarta telah melakukan soil test untuk mengetahui kondisi tanah yang akan dibor. Pada Agustus lalu, Bertha telah dirakit di bundaran Senayan dan telah beroperasi pada September lalu. Semoga pembangunan MRT Jakarta dapat berjalan lancar dan nantinya dapat beroperasi dengan baik.
                                    
                                      -Gambar perakitan Bertha TBM di bundaran Senayan-
sumber :
  • http://www.balabala10.com/2013/12/benda-misterius-hentikan-mesin-pengebor.html
  • http://www.merdeka.com/foto/dunia/ini-mesin-bor-terbesar-sejagat-yang-mandek-gara-gara-benda-misterius.html
  • http://news.detik.com/berita/2924040/kisah-bertha-bor-raksasa-yang-nyangkut-di-perut-kota-seattle-selama-2-tahun
  • http://obengplus.com/articles/3054/1/Mesin-bor-terbesar-Bertha-untuk-pembuatan-terowongan-double-decker.html#.Voso_Fmqm01