PENGARUH NEGATIF DAN POSITIF HANDPHONE BAGI GENERASI MUDA

Telepon merupakan bentuk teknologi informasi sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada era globalisasi saat ini, salah satu jenis telepon yang digunakan adalah telepon genggam atau handphone. Handphone sendiri memiliki sejarah perkembangan dari awal ada sampai saat ini. Jenis handphone yang terbaru adalah gadget berbasis android yang marak digunakan saat ini.
Seperti teknologi informasi lain, handphone memiliki pengaruh terhadap masyarakat dan generasi muda. Generasi muda sebegai subjek yang paling sering menggunakan handphone harus dapat menggunakannya secara dewasa. Pengaruh yang positif dan negatif pada handphone harus diketahui dan disikapi oleh generasi muda.
Pengaruh negatif handphone bagi generasi muda :
  1. Fasilitas internet yang terdapat dalam handphone membuat generasi muda terlalu asyik sehingga lupa waktu. Jejaring sosial seperti instagram, twitter, periscope dan lain-lain sebegai contohnya.
  2. Efek radiasi dari handphone yang mengganggu kesehatan generasi muda.
  3. Handphone digunakan sebagai sarana mencontek, baik mencontek dari teman maupun dari website internet.
  4. Dapat menciptakan lingkungan pergaulan sosial yang tidak sehat. Generasi muda yang terlalu asyik dengan handphone melupakan pergaulan dengan teman yang merupakan hal yang penting.
  5. Terbentuknya sifat hendonisme pada generasi muda. Generasi muda selalu ingin membeli handphone terbaru sehingga menghabiskan biaya yang banyak.
  6. Rawan akan tindak kejahatan. Handphone merupakan barang yang mudah dijual, oleh karena itu, banyak tindak kejahatan untuk mencuri handphone.
\
(Gambar generasi muda yang sibuk dengan handphonenya masing-masing)

Adapun pengarun positif handphone sendiri ialah :
  1. Menjadi alat komunikasi jarak jauh yang digunakan generasi muda untuk berinteraksi dengan orang tua, saudara dan teman-teman.
  2.  Sebagai alat untuk mendapatkan informasi. Selain mendapatkan informasi dari orang lain, handphone yang memiliki akses internet juga dapat membuat generasi muda mendapatkan informasi dari internet tersebut.
  3. Handphone dapat menyimpan data dan mudah dibawa kemana-mana.
  4. Fitur-fitur yang dimiliki handphone bisa menjadi hiburan bagi generasi muda, contohnya ialah media sosial, musik atau MP3, games.
  5.  Dapat menjadi sarana berbisnis atau melalukan kegiatan jual-beli secara online.
  6.  Menjadi akses dalam mencari sesuatu yang baru, seperti teman baru, lokasi suatu tempat dan berita-berita terbaru.

Sumber      :




PENYEBAB TERJADINYA KASUS TOLIKARA


Masih sangat berbekas diingatan kita semua akan tragedi di Tolikara, Papua pada Jumat, 17 Juli 2015 yang lalu. Tragedi yang bertepatan dengan hari raya Idul Fitri tersebut merupakan salah satu bentuk diskriminasi di Indonesia. Keributan ini terjadi karena pemuda Sinode Gereja Injili di Indonesia (GIDI) yang datang untuk membubarkan umat Islam yang tengah melakukan shalat ied. Kejadian tersebut juga bertepatan sedang terselenggaranya seminar dan KKR pemuda GIDI. Keributan tersebut mengakibatkan kebakaran puluhan kios dan beberapa orang yang luka-luka. Banyak sekali berita-berita pemicu terjadikan kerusuhan tersebut yang belum diketahui kebenarannya. Dugaan-dugaan tersebut sebaiknya segera disikapi oleh pemerintah agar tidak terjadi kesalahpahaman hingga terjadi kejadian serupa akibatnya. Pemerintah juga harus mengambil tindakan yang efektif dalam menyikapi kasus atau tragedi ini.
(Gambar suasana saat berlangsungnya tragedi di Tolikara, Papua)
Wakil presiden Indonesia, Jusuf Kala mengatakan bahwa tragedi Tolikara disebabkan oleh pengeras suara atau speaker. JK menjelaskan didaerah tersebut ada dua acara yang berdekatan atar umat agama yang berbeda, yaitu Kristen dan Islam. "Ada acara Idul Fitri, ada pertemuan pemuka masyarakat gereja. Memang asal-muasal soal speaker itu," ujar JK dalam konferensi pers di Istana Wakil Presiden, Jakarta Pusat.
 Ia menuturkan, masyarakat seharusnya dapat mengetahui bahwa ada dua kepentingan yang terjadi bersamaan. "Satu Idul Fitri, satu karena speaker, saling bertabrakan. Mestinya kedua-duanya menahan diri. Masyarakat yang punya acara keagamaan lain harus memahami," kata JK. Menurut dia, kedua belah pihak membutuhkan komunikasi yang lebih baik jika mau menggelar acara-acara serupa. Ia pun berharap kepolisian dan kepala daerah setempat bisa menyelesaikan masalah tersebut sesuai jalur hukum.
Surat edaran dari Sinode Gereja Injili di Indonesia yang disebar pada 11 Juli 2015 disebut-sebut menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik tersebut. Pemerintah melalui Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (BIMAS) Kristen Kementrian Agama, Oditha Ronny Hutabarat menyatakan baru mengetahui ada surat edaran tersebut setelah terjadi kerusuhan di Tolikara. "Kami justru baru tahu ada surat tersebut. Kalau tahu, tentu tidak akan dibiarkan," kata Oditha saat konferensi pers di gedung Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Jakarta Pusat, Sabtu (18/7).
Ronny mengaku prihatin karena surat edaran tersebut dibiarkan beredar begitu saja. "Seharusnya, cabutlah surat itu. Bagaimanapun surat itu dapat memancing konflik bila sampai di tangan yang tidak benar," katanya. Ronny mengatakan bahwa konflik di Tolikara tersebut bukan konflik agama. "Terdapat isu ketidakadilan di Papua dalam konteks masalah ini. Warga lokal bilang, kalau tidak ada suara tembakan, mungkin tidak akan ada kerusuhan seperti ini," katanya. Dalam melihat masalah ini, ia berpendapat perlu dipakai "kaca mata" Papua, di mana ada kekhasan yang harus diperhatikan dari wilayah yang rawan konflik tersebut. "Pasti ada hal lain di balik kejadian ini. Maka kami serahkan ke penegak hukum untuk menyelidiki masalah ini," katanya.
(Gambar kerusakan bangunan dan benda-benda setelah tragedi Tolikara)

Sumber            :




SEJARAH PERTUNJUKAN SENI REOG PONOROGO

Sejarah pertunjukan seni Reog konon berawal dari pemberontakan Ki Ageng Kutu seorang abdi kerajaan Majapahit dibawah pimpinan raja Bhre Kertabhumi yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka terhadap pengaruh istri Kertabhumi yang berasal dari Tiongkok dan pemerintahan Kertabhumi yang korup. Ia melihat bahwa dua hal tersebut merupakan awal keruntuhan kerajaan Majapahit. Ki Ageng Kutu memutuskan untuk meninggalkan kerajaan dan mendirikan perguruan. Di perguruan tersebut ia mengajarkan seni bela diri, ilmu kekebalan serta ilmu kesempurnaan kepada anak-anak muda dengan harapan mereka menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit. Mengetahui kekuatan pasukan yang terlalu kecil, Ki Ageng Kutu membuat pertunjukan Reog sebagai sarana untuk menyampaikan pesan politisnya kepada masyarakat kerajaan Majapahit. Pertunjukan Reog berisi sindiran kepada raja Kertabhumi akan pemerintahan yang sedang ia pimpin serta sindiran kepada pihak kerajaan.  Pertunjukan Reog semakin terkenal di kalangan masyarakat lokal dan digunakan Ki Ageng Kutu untuk melawan kerajaan.
            Dalam pertunjukan Reog tersebut, ditampilkan tokoh berupa topeng kepala singa yang disebut “Singa Barong”, raja hutan yang melambangkan Kertabhumi, serta bulu-bulu merak yang ditancapkan diatasnya seperti kipas yang melambangkan pengaruh kuat para rekan dari Tiongkok. Jatilan yang diperankan oleh penari gemblak yang melambangkan pasukan kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang melambangkang Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singa barong seberat 50kg dengan giginya. Semakin populernya pertunjukan Reog Ki Ageng Kutu membuat Kertabhumi mengambil tindakan untuk menyerang perguruannya dan melarang perguruan tersebut untuk melakukan pengajaran. Namun, para murid Ki Ageng Kutu secara diam-diam tetap melanjutkan pembelajaran secara diam-diam. Meskipun demikian, pertunjukan Reog sendiri masih boleh ditampilkan karena sudah sangat terkenal di antara masyarakat, namun jalan ceritanya mengalami alur yang baru serta ditambahkan tokoh-tokoh baru seperti Kelono Sewandono, Dewi Songgolangit, dan Sri Genthayu.

(Gambar Singa Barong salah satu tokoh dalam pementasan seni Reog)
            Alur cerita Reog yang telah diubah adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang dalam perjalanan hendak melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak kerajaan Ponorogo yaitu Raja Kelono, Bujung Anom wakilnya, dan warok yakni pria berpakaian hitam yang menari serta memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tarian dalam pertunjukan Reog merupakan tarian perang antara kerajaan Kediri melawan kerajaan Ponorogo dimana keduanya beradu ilmu hitam dan para penari dalam keadaan “kerasukan” saat  mementaskan tariannya.
(Gambar suasana pemestasan seni Reog Ponorogo)
            Sampai saat ini, masyarakat Ponorogo masih mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka. Pertunjukan seni Reog merupakan aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacara Reog sulit dimengerti oleh orang awam yang tidak memiliki garis keturunan yang jelas dan hanya mereka yang memiliki garis keturunan parental dan hukum adat yang dapat mengerti.

 Sumber            



FESTIVAL KEJAM DI YULIN, CHINA

                       Di Yulin, provinsi Guangxi, China terdapat sebuah festival tradisi yang membuat dunia menjadi prihatin. Festival daging anjing dan leci atau lebih dikenal sebagai festival daging anjing Yulin ini diselenggarakan pada tanggal 22 Juni setiap tahunnya. Festival daging anjing Yulin merupakan sebuah perayaan tahunan di Yulin untuk menyambut musim panas dengan memakan daging anjing yang dikombinasikan dengan leci dan alkohol. Sadisnya, ada sekitar 10.000 anjing yang disiksa, direbus hidup-hidup, dan dimasak secara kejam.
(Gambar anjing-anjing yang akan dimasak pada festival daging anjing Yulin)
               Mengapa harus anjing yang dikonsumsi pada festival ini? Kepercayaan di China mengatakan bahwa jika mengkonsumsi daging dapat membawa keberuntungan. Selain dipercaya membawa keberuntungan, mengkonsumsi daging anjing juga dipercaya dapat menangkal panasnya musim panas yang akan datang. Banyak sumber yang mengatakan bahwa mengkonsumsi daging anjing di China merupakan tradisi dari 500 tahun yang lalu, namun untuk festival di Yulin sendiri dikabarkan baru berlangsung selama empat sampai lima tahun belakangan ini. Pihak aktivis hewan mengaku, munculnya festival ini merupakan cara dari para pedagangan daging anjing agar dagangan mereka laku.

(Gambar masyarakat Yulin sedang mengolah anjing untuk dimakan)
           Tidak hanya anjing saja, kucing juga menjadi korban untuk dimasak pada festival ini. Anehnya, anjing-anjing dan kucing-kucing ini tidak disiapkan khusus untuk menyambut festival ini. Kebanyakan anjing-anjing dan kucing-kucing tersebut merupakan hasil curian. Masih banyak anjing dan kucing yang saat akan dimasak masih memakai kalung dari majikan mereka. Cara pengolahan daging anjing pun ada yang tidak higienis, karena pada saat penangkapan dengan cara diracuni dan tidak dibersihkan secara benar.
(Gambar masyarakat Yulin menyantap daging anjing pada festival tersebut sambil meminum bir)
                 Ada beberapa kelompok masyarakat di China yang menolak festival daging anjing di Yulin ini diberhentikan. Ada pula pihak yang tetap mendukung adanya festival ini dengan alasan bahwa tradisi China harus dilestarikan dan diteruskan. Pihak pemerintah lokan Yulin sendiri menyangkal keterlibatan atau dukungan terhadap festival ini. Pemerintak Yulin juga mengatakan bahwa festival tersebut merupakan kebiasaan sebagian kecil warga Yulin yang hanya digunakan untuk mendapat keuntungan bagi penduduk dan pengusaha lokal.

Sumber :

  • http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/06/150622_trensosial_anjing
  • http://www.bintang.com/lifestyle/read/2256476/7-fakta-buktikan-festival-daging-anjing-yulin-kejam-tak-terkira
  • http://dunia.rmol.co/read/2015/06/19/206880/Festival-Makan-Daging-Anjing-Yulin-Warisan-Kuno-Tiongkok-
  • http://news.detik.com/berita/2949496/ini-alasan-warga-yulin-china-ltigtngototltigt--siksa-dan-makan-daging-anjing

            

Budaya Corat-coret Seragam Usai Ujian Nasional

Corat-coret seragam usai ujian nasional di Indonesia adalah budaya buruk yang setiap tahun dilakukan oleh siswa-siswi, baik SMA, SMP maupun SD. Seperti yang sering diberitakan belakangan ini, siswa-siswi kalangan SMA dan sederajat di Indonesia baru saja selesai menjalani UN atau Ujian Nasional dari tanggal 4 sampai 6 April 2016. Rabu, 6 April 2016 adalah hari terakhir UN, dan setelah ujian selesai, siswa-siswi di sejumlah daerah di Indonesia melakukan corat-coret seragam dan tidak sedikit juga yang melakukan aksi konvoi sepeda motor bahkan ugal-ugalan. Inikah hasil pendidikan Indonesia? Haruskah kita meneruskan budaya buruk ini? TIDAK.
     (Gambar aksi siswa SMA mencorat-coret seragam)      
           Saya personal baru berumur 19 tahun dan belum ada satu tahun menjadi mahasiswa, jadi suasana kelulusan SMA masih dapat saya ingat dengan jelas. Untunglah saya bukan berasal dari SMA yang melakukan aksi semacam itu. Dan memang dari SD dan SMP, saya tidak pernah melakukan hal corat-coret seragam seperti itu. Sekolah dimana saya belajar dari kecil juga tidak ada yang melakukan aksi tersebut. Saya prihatin mengenai sikap mereka yang tidak dewasa sama sekali. Menurut saya, budaya corat-coret ini bukan hanya murni kesalahan dari para siswa-siswi tersebut, pihak sekolah dan orang tua juga layak disalahkan. Mengapa? Karena pengawasan terhadap siswa-siswi tersebut adalah kewajiban mereka.
(Gambar aksi konvoi siswa-siswi SMA setelah UN)
            Banyak sekolah yang tidak menegaskan dengan sungguh bahkan melarang keras siswa-siswinya melakukan aksi corat-coret. Misalkan sekolah berani saja memberikan hukuman seperti tidak meluluskan siswa-siswi yang melakukan aksi tersebut, kemungkinan tindakan corat-coret ini akan berkurang. Selain itu juga, pihak orang tua harusnya memberi arahan dan nasehat. Lebih baik jika seragam itu disumbangkan kepada adik kelas, siswa-siswi lain yang tidak mampu membeli seragam, ataupun menjual seragam itu agar mendapat uang sebagai tambahan uang jajan. Semua itu masih lebih baik daripada mencorat-coret pakaian dan berugal-ugalan dengan motor di jalan raya. 
            Berikut adalah saran saya kepada siswa-siswi SMA sederajat:
  • Daripada kalian menghabiskan waktu untuk corat-coret dan membuat keributan di jalan raya atau daerah sekitar sekolah, lebih baik kalian memakai waktu itu untuk mempersiapkan jenjang pendidikan kalian berikutnya yaitu kuliah. Walaupun waktunya hanya sedikit, namun hal tersebut lebih baik daripada corat-coret seragam.
  • Berpikirlah dewasa, kalian adalah calon “MAHASISWA” bukan lagi “SISWA”, tetapi sudah memiliki unsur “MAHA” yang derajatnya paling tinggi. Kalian nantinya akan menjadi sederajat dalam hal pendidikan dengan guru-guru kalian. Inikah masa SMA para calon pemimpin bangsa? MALULAH kawan.
  • Gunakan waktu itu untuk berdoa dan mendekatkan diri dengan Tuhan. Baru selesai UN loh, pengumuman kelulusan saja belum. Lebih baik kalian berdoa dan bersyukur, agar nilai kalian bagus dan layak masuk universitas favorite.
  • Pikirkan kedua orang tua kalian, ayah dan ibu kalian. Mereka sudah bersusah payah menyekolahkan kalian, membelikan kalian seragam, mendidik kalian dengan harapan kalian menjadi manusia yang sukses dan berkepribadian yang baik, bukannya melakukan aksi konyol dan konvoi seperti geng motor.
  • Malu pada diri kalian sendiri. Mencorat-coret seragam SMA bukanlah hal yang patut DIBANGGAKAN, apalagi sampai ada yang merobeknya. Tolong dipikir baik-baik, jika ingin memiliki kenangan manis dimasa SMA, kalian bisa melakukan hal lain. Pergilah bersama teman-teman seangkatan ke luar kota untuk berlibur, pergi makan-makan bersama dan masih banyak hal lain yang lebih positif dan membuat kenangan indah yang patut diceritakan pada anak cucu kita nanti. BUKAN CORAT-CORET SERAGAM



(Gambar Beberapa Siswi SMA dengan Seragam yang sudah di robek)
Tulisan ini hanya bukti keprihatinan saya sebagai senior para siswa-siswi SMA di Indonesia. Saya juga berharap agar generasi penerus bangsa seperti kita dapat memiliki sikap dewasa dan terhindar dari budaya memalukan seperti ini. Semoga pendidikan di Indonesia semakin baik dari tahun ke tahun.

Sumber :

  • http://www.bantennews.co.id/awas-jangan-coret-coretan-seragam-setelah-pengumuman-kelulusan-un
  • https://ibnufajar75.wordpress.com/2013/05/25/fenomena-corat-coret-baju-seragam-setelah-pengumuman-un/
  • http://www.kompasiana.com/ihsanushshabri/budaya-corat-coret-seragam-usai-pengumuman-kelulusan-un_5510a07da33311a32dba92bf
  • http://sumut.pojoksatu.id/2016/04/06/lihat-nih-pesta-pora-siswa-medan-usai-un/